Senin, 22 Oktober 2012

selembar surat di penjara suci



Mengapa kau tak membalas cintaku
Dan mengapa engkau abaikan rasaku
Atau kah mungkin hatiku membeku
Hingga kau tak pernah pedulikan aku
        Cobalah mengarti keadaanku
        Dan cobalah pahami  keinginanku
        Ku ingin engkau menjadi ……………

      Tiba-tiba teman sekamar  memenggil ku .
“mil, cepetan ke jeding, nanti keburu di duluin orang low”. Katanya padaku yang tengah menghayati lagu favoritku. Ia, lagu pujaan hati kangen band sedikit mengisahkan masa-masa laluku.
“iya mbk “, jawabku
Langsung ku ambil handuk dan bergegas berjalan menuju kamar mandi. Sesampainya di kamar mandi aku buru-buru mengambil sabun dan peralatan mandi yang lain. Cepat-cepat aku masuk ke dalam kamar mandi , sebab jam sudah menunjukkan o6,00 wib.


«««                 «««                   «««


Teng…………teng…………………teng…………….
Bunyi lonceng madrasah terdengar hingga penjuru dunia, menjadikan semua siswa berhamburan keluar menuju madrasah, para petugas osis telah berkeliling kamar untuk memeriksa para siswa yang belum berangkat.
“kenapa belum berangkat mbk”  Tanya seorang anggota asis padaku
“gak lihat ya, ini lagi sarapan” jawabku dengan santai.
Aku memeng tarmasuk salah satu siswa yang suka telat saat berangkat ke sekolah, kebiasaanku ini sering terjadi akibat antri mandi yang berkepanjangan.
       Anggota osis, sebut saja Ayu. Dia hanya memandangiku dengan pandangan tajam, berharap aku akan segera berangkat. Setelah selesai sarapan aku merapikan buku. Tanpa meminta maaf aku tinggalkan ayu sendiri di depan pintu kamarku , aku menuju madrasah yang terlihat begitu sepi sebab semua siswa sudah masuk, ku bergegas menuju kelas yang   sebentar lagi pelajaran akan dimulai.
       Sesampainya di depan pintu ternyata guruku sudah berada di dalam kelas.
“asalamu’alaikum” ucapku dan aku  langsung berdiri di depan pintu
“waalaikum salam” sahut teman-temanku
“maaf bu, saya terlambat” dengan sedikit merasa bersalah
“kenapa terlambat?” dengan senyuman yang sinis
“tadi kamar mandinya antri bu, jadi saya terlambat” alasanku pada beliau yang sedikit takut saat mengucapkan
“ya sudah, silahkan duduk tapi ini untuk tang terakhi kalinya kamu terlambat” pesannya panjang padaku
“iya bu” jawabku.
Hatiku senang sekali sebab alasanku diterima, dan dalam hati aku berkata “alhamdulilah ya, aku bebas”, aku derjalan menuju kursiku.
       Pelajaranpun telah dimulai , para siswa memperhatikan dengan senang, namun ada juga siswa yang memandang ke luar kelas melihat indahnya pemandangan, mungkin karena guruku ini hanya menulis, menulis dan menulis di papan yang ada di depan, jadi anak-anak hanya memendang kearahnya tanpa memehami apa yang disampaikannya.
Jam menunjukkan 12,30 wib, pelajaranpun telah usai, anak-anak bergegas pulang untuk mempersiapkan diri untuk menjalankan sholat dzuhur dan berangkat sekolah sore.
Namun saat semua siswa pulang, aku sengaja tidak pulang kekamarku. Aku hanya duduk didepan kelasku menanti lonceng sekolah sore terdengar. Aku memandangi anak –anak yang sedang dijenguk keluarganya dari atas, mereka begitu gembira.
       Dalam hatiku berkata “Kapan ya aku bisa di jenguk seperti mereka”. Sudah hampir 2 tahun di pondok ini, namun orang tuaku tak pernah menjengukku seperti anak-anak yang lain. Rasa iriku terhadap mereka sangat besar, hingga tak terasa air mataku berlinang membasahi pipi.
“mbk mil”, dari kejauhan lina teman sekelasku memanggil
Sontakn ku hapus air mataku , dan ku berpaling kearahnya.
“kanapa”, sahutku pelan
“udah hafal belum?”, tannyanya padaku
“nanti setoran imrithi ta?”, jawabku dengan sedikit terkejut
“iy mbk, nanti kita maju 2 bab” jelasnya
Sontak langsung ku ambil imrithi yang ada di kelas dan segera menghafalnya, aku benar-banar lupa kalau hari ini aka nada setoran hafalan imrithi
“makasih dah ingatkan”, kataku pelan padanya
       Aku hafalkan kuat-kuat dalam hatiku, saat menghafal rasa takut tertuat dalam benakku.
Bel tanda sekolah sorepun telah terdengar, semua anak-anak menuju kelas masing-masing. Aku bergegas masuk kelas dan membaca buku kecil yang ku pegang tadi.
       Sebelum jam pelajaran dimulai, kami memang membiasakan untuk membaca imrithi dari bab awal hingga akhir, namun aku hanya membaca hafalanku yang akan di setorkan nanti. Waktu muhafadhohpun telah usai dengan di tandai  lonceng 3 X. anak-anak mengeluarkan buku dan kitab sedangkan aku hanya membaca-baca buku kecil ditangganku.
“cah, pak anam gak rawoh” ketua kelasku mengumumkannya
“beliau kemana mbk, kok gak rawoh?”, Tanya seorang temanku
“beliau tindaan ke malang”, terangnya
Rasa senang menghampiriku, rasa takut lenyap dengan seketika sebab hari ini hafalan akan ditunda minggu depan. Ku masukkan buku kecilku dalam saku, dan bergegas kembali ke kamarku, sebab kebiasaan yang terjadi jika ustad/ustadz tidak masuk siswa di perbolehkan pulang lebih awal.
Aku pulang menuju kamarku dan segera melaksanakan aktivitas yang lain sebelum sholat magrib tiba.

«««             «««            «««

       Angin malam berhembus kencang , rintikan hujan semakin kencang dan pepohonan bergoyang seakan menari-nari mengikuti alunan angin malam. Dinginya malam menusuk sampai ketulang yang menjadikan semua santri terasa terhipnotis dengan suasana yang kelam ini.
“mbk intan”, panggilku pelan . sabab aku takut mengganggu teman yang sudah terlelap dalam tidurnya, malam ini hanya ada aku dan mbk intan dan suara hujan yang semakin deras, semua pada tertidur dengan selimut masing-masing, mungkin karena hawanya yang sangat mendukung untuk tidur lebih awal
“kanapa mil?”, sahutnya sambilm memendang kearahku
“aku kangen banget mbk sama keluargaku, sudah lama aku tidak bertemu mereka”, ceritaku padanya
“yang sabar ya mil, Allah belum mempertemukan kamu dengan keluargamu, kalau sudah waktunya mesti nanti ketemu, yang penting di sini kamu belajar dengan sungguh-sungguh jangan sampai mengecewakan mereka yang jauh disana”, dengan berusaha menenangkan aku
“ iya sih, tapi terkadang aku iri dengan anak-anak yang sedang di jenguk keluarganya “, ceritaku lagi
“iy mbk tau, tapi kamu harus mengerti merekakan rumahnya dekat makannya sering dijenguk, kamu seharusnya bisa lebih sabar, semua yang kamu alami mesti ada hikmahnya”.
Aku menganggukkan kepala pertanda aku paham sekali apa yang dikatakan oleh mbk intan.
       Ku rebahkan kepalaku ke bantal yang sejak tadi ada didekatku  dan ku pakai selimut yang telah aku tutupkan ke kaki, sembari memikirkan perkataan mbk intan tadi. Tak sadar aku telah terlelap dalam tidurku.

«««            «««               «««


Pagi yang dingin ini, di tambah gerimis  yang tak kunjung henti menjadikan dinginnya angin membawa lelap tidurku, hingga tak kusadari bahwa semua teman-tamanku telah terbangun dan beraktifvitas pagi ini.
Ia, hari ini adalah hari jum’at yang mana hari ini adalah hari kebebasan bagiku dan bagi semua santri, karena dihari ini semua kegiatan tidak aktif atau bisa di bilang libur………………………………….,
“mil, nanti keluar yuk temenin aku”, minta temanku isma
“kemana mbk ?”, sahutku
“ke pasar, mau kan?”, mintanya lagi
“oke, tapi jangan sore-sore ya pulangnya, aku takut di takzir”. Kataku padanya
“sip lah”, sahutnya sembari melanjutkan menyapu
Akupun bergegas menyiapkan diri untuk menemani mbk isma, teman sekamarku.
Di hari jum’at semua santri doperbolehkan keluar namun hanya di batasi mak 3 jam, jika telat akan di takzir atau diberi sangsi membaca Al-qur’an di halaman kyai.
        Aku menemani ia berbelanja, mengikuti kemapun ia pergi. Sengaja aku tidak membeli sesuatu sebab jum’at lalu aku sudah membeli semua kebutuhanku. Seusai belanja kami langsung kembali ke pondok.
      Sesampainya di kamar ku rebahkan badan ini sabab sinar matahari membuatku letih. Ku ambil segelas air sembari meminumnya. Tak berapa lama terdengar suara sepiker yang berada tepat di depan kamarku bordering, dan terdengar panggilan yang di tujukan padaku.
“PANGGILAN YANG DITUJUKAN KEPADA MILA AURORA ZAKWA DARI BELILAS DI TUNGGU KELUARGANYA DI RUANG TAMU”
Sontak ku berdiri dan bertanya kapada isma yang sejak tadi duduk di depan pintu
“ mbk, itu panggilan untuk aku ya?”, meyakinkan apa yang ku dengar
“iya, cepetan kesana”, mintanya
        Aku bergegas berlari dengan hati yang begitu penasaran, siapa yang dating menjengukku. Dengan hati yang sangat gembira ku menuju ruang tamu. Dari kejauhan ku lihat, dan aku terkejut ternyata pak andik yang hari ini menjengukku, pak andik ini adalah adik dari ibuku yang juga masih bersaudara dengan mbk intan. Langsung ku hampiri beliau dan mencium tangannya
“mil, kemaren paklek di telfon ibu kamu, katanya kamu pengen di endangi, makannya paklek kesini” terangnya.
Sontak ku sedikit bingung, siapa yang bilang sama ibu masalah ini, karna aku memang tidak pernah telfon. Mungkin mbk intan batinku, ya sudahlah yang penting aku sudah di jenguk, kataku dalam hati.
“ia paklek, mila pengen di endangi ibu  dan bapak dan juga pengen pulang ke rumah”, kataku dengan air mata menetes di pipi
“jangan di arep-arep to nduk ibu dan bapak ki, merakakan jauh jadi ya belum bisa ngendangi, nanti kalau mila sudah sekolah mesti bisa pulang dan ketemu ibu dan bapak”, terangnya lagi
“tapi mila kangen banget paklek, udah hamper 2 setengah tahun gak ketemu ibu dan bapak”, dengan nada pelan sambil mengusap air mata
“yang sabar ya nduk,itu ujian bagi kamu, yang penting sekolahnya yang serius dan jangan terlalu banyak ngarep-ngarep ibu dan bapak dating, kalau gak di arep-arep mesti cepat menjalani hari-hari”, pesannya sambil terseyum meyakinkan aku
“iya paklek, ohiya ibu nitip sesuatu gak buat mila?” tanyaku dengan sedikit senyum
“oh iya paklek lupa, ini ada titipan dari ibumu”, sembari memberikan selembaran amplop putih
“y udah ini paklek mau langsung pulang, takut di jalan hujan”, terangnya
“ia paklek”, sembari mencium tangannya

       Hari ini  langit tak bersahabat, awan hitam terlihat di bentangan langit yang luas. Ku bergegas menuju kamarku dengan membawa satu buah amplop berwarna putih. Sesampainya dikamar hujan deras mengguyur pemukiman pondok kami hingga malam menjelang. Ku duduk dengan melihat amplop putih yang ku bawa tadi dan segera membukanya. Ku buka lembaran surat yang di atasnya tertuliskan namaku.


                                                                                            Kepada mila anakku
                                                Yang ku sayangi

                  Asalamu’alaikum wr wb  
                                                                  Salam kangen

       Sebelumnya ibu ucapkan “ salam sayang anakku”, maaf ya sudah hampir 2 tahun ini  ibu  belum bisa menjenguk kamu, sebenarnya ibu ingin sekali bertemu kamu  namun keadaan yang tidak memungkinkan , ibu dan bapak terus bekerja keras agar bisa menyekolahkan kamu dan setelah kelulusan kamu bisa pulang. Kalau bapak dan ibu pulang bagaimana kiriman uang untuk kamu, kamarin juga bapak kamu sakit jadi bulan ini kiriman kamu agak telat.   Kamu harus bisa berhamat jangan boros-boros karna bapak dan ibu jaga aka berusaha  mencari uang untuk kiriman kamu.   
 
 
    Pesan ibu kamu harus belajar yang rajin, jangan nangis lagi kalau gak ada yang jenguk,  yang terpenting kamu lulus sekolah biar bisa pulang, Ingat selalu pesan ibu ya, ibu dan bapak mengharapkan kamu jadi anak yang sholehah yar kelak bisa sukses. Ibu dan bapak sayang sama kamu……………………, 
                                                                                                                                         Salam kangen                                                                                                                                                                                                                                           Ibundamu


        Seusai membaca tak kuasa air mata ini berlinang, batinku menjerit merasa bersalah. Mengapa aku selalu mengharap kadatangan orang tuaku yang jauh disana, tanpa memikirkan keadaan mereka dirumah. Rumahku yang begitu jauh dan hanya bisa ditempuh perjalanan selama 5 hari, tak pernah terfikirkan olehku bahwa uang yang harus dikeluarkan begitu besar.
“maafkan aku ibu, bapak karna aku begitu egois, hanya memikirkan kehendakku sendiri”
Ku lipat dan ku simpan surat itu, sembari mengusap air mataku.

«««         «««      «««


       Pagi harinya kegiatanpun aku lalui dengan semangat, tak ada lagi keluhan dan tangisan ku karna tak pernah di jenguk. Semenjak ku baca surat itu ku mantapkan niatku di pondok ini untuk meraih cita-cita, aku ingin sekali membanggakan ke dua orang tuaku.
       Hari berganti hari, bulan telah berganti bulan dan tahunpun telah berganti. Tak terasa 3 tahun ku habiskan waktuku di pondok ini, banyak ilmu yang ku dapat. Saat-saat penantianku telah ada di depan mata, kamar ini, kursi ini dan teman-teman yang begitu banyak akan ku tinggalkan.
“mil, akhirnya semua telah usai, kelulusan kemarin akan menjadi kenangan indah kita”, terdengar isma memagilku
“iya mbk, aku akan membawa kelulusan ini untuk ibu dan bapak ku di rumah”, balasku
“kapan rencana boyongan?, besok kita ambil izasah , jadi kita bileh langsung pulang”, katanya lagi
“alhamdulilah”, sembari ku tersenyum
 “kok alhamdulilah, bukannya ngejawab”, dengan wajah yang sedikit jengkel
Ku tertawa sembari berkata “ iya mbk, aku pulangnya besok, aku ucap alhamdulilah sebab akhirnya penantianku akan terlaksana juga, 3 tahun low aku menunggu saat-saat ini”, candaku padanya
“kalau besok pulang hati-hati ya di perjalanan, jangan lupa sama aku isma yang cantik dan imut, dan salam sama keluarga kamu”, sembari tertawa lepas
“ih narsis deh mbk isma, mesti aku salamkan mbk”, sembari berpelukan

       Hari-hari ini ku lalui dengan peking-peking atau disebit juga dengan mengepaki baju ketas, ku siapkan semua barang-barang yang akan ku bawa pulang, hingga menjelang malam datang ku berpamitan dengan semua teman-temanku termasuk juga ustadz ku.
Jantungku berdetak kencang saat ku rebahkan badan ini,  tak sabar menunggu hari esok. Dan akhirnya ku tertidur lelap.

«««          «««            «««


Kukuruyuk…………………kukuruyuk…………………..kukuruyuk…………………….
Sontak ku terbangun mendengat suara itu, dank u bergegas  mandi dan merapikan semua barang bawaanku. Setelah selesai ku bergagas menuju mobil TREVEL berwarna putih yang akan megantarkanku pulang.
“mil, ini izasah kamu tadi aku ambilkan sekalian”, sembari memberikan izasah tertuliskan nama MILA AURORA ZAKWA
“makasih ya mbk isma, ini aku mau langsung pulang, salam sama teman-teman ya?”, sembari mencium pipinya
“hati-hati ya”, pesannya

        Ku bergegas masuk ke dalam mobil yang sejak pagi- pagi buta telah menungguku.
5 hari telah ku lewati, perjalanan yang angat sangat melelahkan membuat badan ini tarasa hancur, namun semua itu telah hilang saat aku telah sampai di tempat yang pernah membesarkanku, tempat yang indah namun agak sadikit sunyi, mungkin karena hari sudah malam jadi tak terlihat ada orang di tempat ini. Ku lihat dari kejauhan ibu dan bapak telah menanti kehadiranku.
       Setelah mobil berhenti, ke berlari mendekaki mereka  dan mencium tangan mereka sembari memeluknya dengan erat, dalam hati aku berkata “ aku tidak akan jauh dengan mereka lagi”.
Ku terasa dalam mimpi saat ku menatap meraka, air mata kebahagian menetes di pipi, dan aku pun sangat-sangat senang bisa berkumpul bersama mereka kembali.
Hari-hari ku jalani dengan kebahagiaan yang tak pernah aku dapatkan dari mereka.
“terimakasih ya Allah telah mempertemukan ku dengan keluargaku kembali”



                                                                                 Sekian




Read More..